Haruskah Aku Menyelamatkanmu Lagi? (Angka 3)

1… Kau masuk dalam perangkap pemburu di hutan. Menangis. Tergantung di antara cabang pohon & rambutmu yg berkilau terurai lemas. Apa kau tau? Rokmu yg terbalik itu juga membuatmu tampil jauh lebih konyol dari sebelumnya. (Tunggu, apa aku pernah bertemu denganmu sebelum ini?) 😀 Aku potong tali perangkap, membantu turun & membalut lukamu. Kau berkata bahwa kau tak melihat ada perangkap di balik dedaunan yang kau kira tempat bertumbuhnya jamur kesukaanmu. “Karena itulah ia disebut P.E.R.A.N.G.K.A.P, gadis kecil… Hati2 jika berjalan2 di hutan seperti ini, mintalah orangtua atau teman menemanimu” “Aku tak ingin merepotkan orangtua yg sdg bekerja. Teman? Aku tak punya teman. Kalupun aku punya, aku tak percaya mereka.” Ku peluk & antar kau pulang, aku pun melanjutkan perburuanku. Jauh ke dalam lapisan hutan tergelap, dingin. Percayalah, kau tak kan ingin ku ajak ke sana.

2… (2 tahun berlalu) Lanjutkan membaca “Haruskah Aku Menyelamatkanmu Lagi? (Angka 3)” →

Pembalasan yang Tertunda

23.35 28’05’10

Jadi, setelah kejadian kemarin…

Wahai tikus-tikus mengais rakus sampah dapur, bantu aku memilih!

Perona pipi keacuhan,

Sanggul kepasrahan,

Selop keangkuhan,

Atau gaun renda kebohongan?

Pesta itu terlalu gembira.

Sampai kartu undangan tak dihantarkan.

Terjerembab di antara ……